This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Hallo Penjelajah

Minggu, 24 Maret 2013

Pengaruh Vitamin C Terhadap Gula Darah Trigliserida LDL Hemoglobin dan Insulin

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam website American Journal of Clinical Nutritionberdasarkan data Diabetes Research Center, Shahid Sadoughi University of Medical Sciences & Health Services menyatakan bahwa pengaruh konsumsi vitamin C dapat menyebabkan penurunan yang cukup signifikan
pada FBS (fasting blood sugar), Trigliserida, LDL (Low density lipoprotein), HbA1c dan insulin serum. Hasil ini teramati dari kelompok yang mengkonsumsi 1000 mg vitamin C, adapun kelompok yang mengkonsumsi vitamin C 500 mg tidak menghasilkan perubahan signifikan dari parameter diatas.
Kesimpulan dari penelitian menyatakan bahwa konsumsi harian dengan dosis 1000 mg vitamin C bermanfaat dalam menurunkan glukosa darah dan lipid pada pasien dengan diabetes tipe 2. Mekanismenya tidak dijelaskan secara langsung, namun diduga kemiripan struktural vitamin C dengan glukosa menyebabkan vitamin C dapat menggantikan gula dalam banyak reaksi kimia dan dengan demikian efektif untuk pencegahan glikosilasi nonenzimatik protein.

Sumber :







Pengertian Outcomes


Outcomes merupakan bahasa inggris, berdasarkan arti katanya, outcomes berarti hasil atau keluaran, dalam ruang lingkup pharmaceutical care, outcomes adalah hasil terapi yang merupakan tujuan dari pelayanan farmasi untuk meningkatkan atau mencapai kualitas hidup pasien yang lebih baik.
outcomes dalam pharmaceutical care ialah :
1. Menyembuhkan penyakit pasien.
2. menghilangkan atau pengurangan gejala penyakit pasien.
3. Menghambat atau memperlambat proses perkembangan penyakit.
4. Pencegahan penyakit atau gejala-gejala

Sumber :
[ASHP Statement on Pharmaceutical Care.PDF]

Terapi Rasional (Rational Therapy)

Kerasionalan terapi obat / pengobatan  (rational drugs therapy). Kerasionalan adalah penggunaan obat yang tepat secara medik dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Konferensi tenaga ahli tentang penggunaan obat rasional yang diadakan oleh WHO di Nairobi tahun 1985, telah membahas tentang penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai untuk kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu itu sendiri, untuk
suatu periode waktu yang memadai, dan pada harga yang terendah untuk mereka dan masyarakatnya (1). Untuk memenuhi kriteria tersebut, dokter penulis resep harus mengikuti proses baku penulisan, yang ditempuh melalui suatu tahapan prosedur tertentu yang disebut Standard Operating Procedure (SOP), yaitu terdiri dari anamnesa, pemeriksaaan fisik, penegakan diagnosis, pengobatan, dan tindakan selanjutnya. Semua tahapan prosedur tersebut menentukan penggunaan obat yang rasional.
Terapi yang dapat dipilih untuk pasien yang mengalami gangguan kesehatan meliputi pemberian obat, pembedahan, psikiatrik, radiasi, fisioterapi, konseling, pendidikan kesehatan, dan bahkan tanpa terapi. Sebenarnya ada 2 tahap penting dalam meilih pengobatan, yang pertama mempertimbangkan terapi pilihan pertama yang merupakan hasil proses seleksi berdasarkan langkah-langkah yang sesuai dan yang kedua adalah menimbang apakah pilihan ini cocok untuk pasien yang akan diobati.
Langkah-langkah umum untuk menentukan terapi rasional meliputi menetapkan tujuan terapi, menyusun daftar berbagai terapi yang mungkin manjur, dan memilih terapi-P (pribadi/pilihan) dengan cara membandingkan kemanjuran, keamanan, keamanan, kecocokan, dan biayanya. Proses pemilihan terapi-P antara lain :
1.      Tetapkan tujuan terapi
Ini merupakan tahapan awal untuk menentukan terapi, dengan pemeriksaan dan anamnesis selanjutnya diidentifikasi masalah kesehatan guna untuk menetapkan tujuan terapi untuk mengatasi masalah pokok kesehatan pasien.
2.      Menyusun daftar berbagai terapi yang mungkin manjur
Pada umumnya ada 4 pendekatan dalam mengobati, yaitu memberi informasi atau nasehat, terapi non obat, terapi obat, dan perujukan,, dan kadang diperlukan pendekatan kombinasi.
3.      Pilih Obat yang sesuai berdasarkan pada kemanjuran, keamanan, kecocokan, kepraktisan, dan biaya
Membandingkan berbagai terapi  pilihan obat yang ada. Cara objektif dan ilmiah adalah menerapkan lima kriteria, yaitu kemanjuran, keamanan, kecocokan, kepraktisan dan biaya.

Proses pemilihan terapi/obat secara rasional

Proses pemilihan terapi untuk mencapai terapi yang rasional terdiri dari 6 langkah, antara lain :
1.      Tetapkan masalah pasien
Setelah melakukan diagnosa dan anamnesa kepada pasien, dokter harus menemukan dan mengidentifikasi masalah pokok yang menyebabkan penyakit dari pasien
2.      Tentukan tujuan terapi
Setelah menetapkan masalah pasien, maka dilakukan pemilihan terapi berdasarkan penentuan tujuan terapinya terlebih dahulu
3.      Tentukan cocok tidaknya terapi-P anda untuk pasien
Setelah menentukan tujuan terapi, maka perlu dianalisa kecocokan dari terapi-P untuk pasien.
4.      Mulai pengobatan
Berikan penjelasan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam terapi
5.      Berikan penjelasan tentang obat, cara meminumnya, dan peringatan
6.      Pantau (hentikan) pengobatan

Ruang lingkup obat yang terpilih

Penulisan obat terpilih harus meliputi :
  • nama farmakologi/ generik
  • bentuk sediaan
  • dosis
  • lama pemerian

Peran farmasis dalam meningkatkan terapi


Peran seorang farmasis dalam proses terapi rasional :
1) Membantu memilih obat, dosis, dan bentuk sediaan
2) Mengkaji kondisi pasien/hasil terapi
3) Memantau kepatuhan minum obat
4) Meracik obat secara tepat
5) Memantau adverse drug reaction (ADR) atau efek samping
6) Konseling obat
7) Dokumentasi


Sumber :
Drs. Priyanto, M.Biomed., Apt.  Farmakoterapi dan terminologi medis
[Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto.PDF] Tahun 2012
[Kerasionalan Penggunaan Asiklovir Pada Salah Satu Poliklinik Kulit Dan Kelamin Di Sumatera Selatan.PDF] Tahun 2007

Jumat, 15 Maret 2013

Cara Aman Penggunaan Obat Bebas



Secara umum, cara penggunaan obat yang benar adalah sebagai berikut : 
  • Minumlah obat sesuai anjuran, pada waktu yang tepat dan sesuai jangka waktu pengobatan yang telah ditentukan. Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk keadaan atau masalah kesehatan yang ringan. Jika anda menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas, ikutilah aturan yang tercantum pada kemasan kecuali disarankan lain oleh tenaga kesehatan. 
  • Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tersebut tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus-menerus. 
  • Jika anda merasa obat yang digunakan tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat. 
  • Berbagai jenis obat-obat jangan dicampur dalam satu wadah. 
  • Etiket pada wadah obat jangan dibuang karena pada etiket tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan obat yang penting. 
  • Untuk menghindari kesalahan, jangan meminum obat di tempat gelap. Bacalah cara pemakaian sebelum meminum obat juga tanggal kadaluarsanya. 
Sumber : Kemendiknas 

Kamis, 14 Maret 2013

Penggolongan Obat (Lengkap)

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
  1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
  2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
  3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
  4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
  5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
  6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
  7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita langsung membahas penggolongan obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel sebelumnya, antara lain :
- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:
PENGGOLONGAN OBAT berdasarkan Undang Undang dan Peraturan Menteri Kesehatan

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
  • obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba, contoh antibiotik
  • obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
  • obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
  • obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh vitamin dan hormon.
  • pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
  • oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll
  • perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
  • Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
  • Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
  • langsung ke organ, contoh intrakardial
  • melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
5Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin
-  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :

  • Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
    tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
    hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
    mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
  • Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

Sumber : Farmasetika Dasar

Rabu, 13 Maret 2013

Sterilisasi dan Metode Sterilisasi

Ilmu Farmasi : Artikel ini akan membahas mengenai sterilisasi dan metode sterilisasi atau macam macam sterilisasi, jenis jenis sterilisasi (seterilisasi panas lembab, sterilisasi panas kering, sterilisasi ultraviolet/EM, sterilisasi gas, filterisasi dan sterilisasi pengion/sinar gamma)

Steril adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapat/tercemar mikroorganisme serta memenuhi persyaratan yang menyatakan sediaan tersebut steril. Sterilisasi adalah
tahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi steril.
Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.
1. Metode sterilisasi akhir
Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi).
2. Cara aseptik
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis.
Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan.

Macam Macam Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas/thermal
sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 :
  • Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia
  • Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur)
b. Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :
  • Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembuh bahan padat.
  • Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat
c. Sterilisasi Gas
Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air.

d. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.

Sumber : Farmasi Unisba

Supositoria dan Ovula

Pengertian supositoria, ovula, keuntungan/kelebihan supositoria dan ovula, serta kekurangan supositoria :
A. Supositoria
Supositoria/Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh (FI IV (1995).
B. Ovula
Ovula adalah sediaan padat yang digunakan melalui vaginal, umumnya berbentuk telur, dapat melarut, melunak, meleleh pada suhu tubu (FI III 1971)

sebenarnya ovula termasuk kedalam jenis supositoria, namun digunakannya nama ovula agar merujuk pada bentuk sediaan dan rute pemeriannya yang hanya lewat vaginal 

Kelebihan supositoria dan ovula :
- dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral, karena gangguan cerna, pingsan dsb.
- dapat diberikan pada anak bayi, lansia ang susah menelan
- bisa menghindari first fast efek dihati.

Kekurangan supositoria dan ovula :
- daerah absorpsinya lebih kecil
- absorpsi hanya melalui difusi pasif
-  pemakaian kurang praktis
- tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rektum

Metode pembuatan supositoria / ovula :
  • cetak menggunakan tangan : pencampuran, penggerusan, serta digulung menjadi silinder  lalu dipotong potong sesuai ukuran yang diinginkan, gunakan talk agar tidak lengket ditangan
  • Percetakan kompresi dinding : pembuatan sediaan dengan menggunakan alat yang dapat mencetak 1,2, dan 5 gram bobot supo.
  • percetakan dengan cara penuangan : cara ini umumnya digunakan pada skala industri, cetakannya mampu mencetak hinggal 600 supo.

Sumber : Farmasi Unisba

Obat Tetes dan Sediaan Cair Topikal

Artikel ini melingkupi : obat tetes mata, obat tetes telinga, obat tetes hidung, obat kumur, obat cuci mulut, linimentum (obat gosok), lotio, enema, dan tinctur topikal.

A. Obat tetes mata
obat tetes mata adalah sediaan tetes yang digunakan untuk mengobati gangguan pada indra penglihatan. ada yang digunakan untuk menyembuhkan mata merah karena iritasi ringan, maupun mengandung
antibiotik untuk menyembuhkan infeksi, serta mengandung antibiotik+steroid untuk mengurangi glukosa (tekanan pada mata).
pengawet untuk tetes mata seperti fenilraksa (II) nitrat, fenilraksa (II) asetat 0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01% b/v. pemilihan pengawet berdasarkan tingkat kesesuaian kelarutan pengawet dan zat aktif. benzalkonium k. tidak cocok pada tetes mata yang mengandung anestetikum lokal/pembius. obat tetes mata harus jernih, bebas partikel asing, serat, dan benang.
Pada pembuatan tetes mata harus memperhatikan :
  • sterilitas
  • kejernihan
  • pengawet
  • tonisitas dan stabilitas
B. Obat tetes telinga
Obat tetes telinga adalah sediaan yang ditujukan untuk pengobatan telinga, dengan meneteskan kedalam telinga, pembawanya buka air, ditujukan untuk membersihkan telinga, mengobati radang atau rasa sakit.

C. Obat tetes hidung
Obat tetes hidung adalah obat tetes yang digunaka dengan cara meneteskan pada rongga hidung. biasanya mengandung zat adrenergik untuk mengatasi kemampatan pada hidung.

D. Obat kumur
Obat kumur adalah sediaan yang ditujukan untuk kesehatan mulut. Beberapa zat yang umumnya digunakan untuk sediaan obat kumur :
- paraklorofenol : sebagai antiinfeksi, membersihkan saluran akar gigi
- larutan karbamid peroksida : anti infeksi, membunuh/mengikis kuman
- eugenol : analgesik untuk gigi

E. Obat cuci mulut
Obat cuci mulut adalah sediaan larutan pekat dalam air yang mengandung bahan deodorant, antiseptik, analgetik dan astringen, biasanya untuk membersihkan dan menghilangkan bau mulut.

F. Obat gosok (linimentum)
obat gosok adalah sediaan cair atau kental mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefasien, melemaskan otot, atau menghangatkan.

G. Lotio
Lotio adalah sediaan berupa suspensi atau sistem dispersi yang digunakan sebagai obat luar (topikal), biasanya dikenal dengan sebutan lotion atau losion.

H. Enema
Enema atau lavement atau clysma adalah cairan untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. enema untuk terapi seperti sedatif, antelmintik, antiradang, ataupun nutrien. Macam-macam enema :
- enema retensi : enema/larutan yang diberikan melalui rektum
- enema untuk pengosongan : enema diberikan melalui rektum untuk membersihkan usus.
- enema dengan efek terapeutik : enema untuk efek karminatif, sebagai astringen, dsb

Sumber : Farmasetika Dasar

Pil dan Granula

Pil atau pilulae adalah sediaan berbentuk bulat telur, umumnya digunakan secara oral. Pil berasal dari bahasa latin ''pila' yang berarti bola. Menurut farmakope indonesia pil adalah suatu sediaan berupa masa bulat mengandung satu atau lebih bahan padat. umumnya pil bulat berbobot antara 60-300 mg. bobot pengisi dan zat tambahan diperboleh 100-150 mg, umumnya berbobot 120 mg.

keuntungan sediaan berbentuk pil :
- mudah digunakan/ ditelan
- mampu menutupi rasa yang tidak enak
- relatif stabil dibandingkan larutan
- sangat baik untuk sediaan yang dikehendaki penyerapannya lambat

Kerugian sediaan berbentul pil :
- kurang cocok untuk obat yang diharapkan memberi reaksi yang cepat
- waktu absorbsi yang lama

Tahap tahap pembuatan pil :
- pembuatan masa pil
- pemotongan pil
- pembulatan dan penaburan pil
- penyalutan pil

Granula
Granula adalahbutir-butir berbentuk bulat yang memiliki bobot maksimal 30 mg dan jika tidak dinyatakan lain memiliki kandungan zat aktif sebesar 1 mg

Sumber : Farmasetika Dasar

Serbuk (pulvis dan pulveres)


Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk adalah campuran homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Menurut FI IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1 mikrometer.

Keuntungan / kelebihan bentuk sediaan serbuk :
  • campuran obat dan bahan obat yang sesuai kebutuhan
  • dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan
  • disolusi/melarut cepat dalam tubuh
  • tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu
Kerugiaan serbuk / kekurangan bentuk sediaan serbuk :
  • kurang baik untuk zat obat yang mudah terurai karena kontak dengan udara
  • sulit untuk ditutupi rasanya (tidak enak maupun baunya)
  • peracikannya membutuhkan waktu yang relatif lama
Karakteristik serbuk :
- homogen dan kering, homogenisitasnya dipengaruhi ukuran partikel dan densitasnya/berat jenis
- punya derajat kehalusan tertentu

Pembagian Serbuk
1. Pulvis  (serbuk tak terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya, contohnya serbuk tabur, serbuk gigi dan serbuk effervecent.
2. Pulveres (serbuk terbagi)
pulveres adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5 gram, pengisinya laktosa. Penimbangan diperlukan apabila pasien memperoleh dosis 80% dari dosis maksimum untuk sekali atau sehari pakai.

Sumber : Farmasetika Dasar

Kapsul (capsulae)

Kapsul atau capsulae adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Nama resmi dari kapsul adalah capsulae operculate.
Menurut FI III kapsul harus memenuhi syarat :
1. keseragaman bobot
timbang 20 kapsul, untuk bobot rata-rata 120 atau lebih maka tidak boleh terdapat kapsul yang kurang atau lebih 10%
2. waktu hancur
waktu hancur dari 5 kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit

Keuntungan kapsul :
  • dengan adanya cangkang dapat menutupi bau ataupun rasa yang tidak enak.
  • tidak diperlukan pewarna (coloris) pengaroma (odoris), maupun perasa (saporis)
  • tidak memerlukan pengisi atau zat tambahan lainnya
  • cepat melepaskan zat berkhasiat dalam lambung
  • bentuknya cukup menarikkarna terbuat dari gelatin maka cangkang kapsul akan mudah dicerna
Kerugian kapsul :
pada kelembaban tinggi kapsul mudah berubah bentuk, dan kelembaban yang rendah bersifat rapuh, sehingga wadah yang baik menggunakan gelas/kaca dan disimpan pada tempat sejuk dan kering.

Penggolongan kapsul
1. kapsul keras
kapsul keras umumnya untuk obat padat atau cair yang tidak mudah rusak, terbuat dari gelatin-ait (12-16%)
2. kapsul lunak/kenyal
kapsul yang terdiri dari cangkang yang terbuat dari gelatin dan air, kekenyalan ditambah dengan sorbitol atau gliserol, biasanya jg mengandung pengawet beta-naftol, kapsul ini biasanya digunakan untuk membungkus vitamin, minyak ikan. berbentuk bulat atau lonjong.
3. kapsul tepung
disebut juga ouwel, dibuat dari air dan amilum, ditambahkan pengawet.
4. kapsul salut enterik
kapsul yang disalut sedemikian rupa agar tidak larut dalam lambung tapi larut dalam usus.

Sumber : Farmasetika Dasar

Selasa, 12 Maret 2013

Keuntungan dan Kerugian Sediaan Tablet

A. Keuntungan bentuk sediaan tablet :
  • volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
  • memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik
  • dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih kecil
  • tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
  • dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur
  • tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
  • merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan yang mudah dan murah
  • dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.
B. Kerugian/ kekurangan bentuk sediaan tablet :
  • beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
  • formulasi tablet cukup rumit
  • zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
  • kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak enak dari obat

Sumber : Farmasetika Dasar

Metode Pembuatan Tablet

Ilmu Farmasi : Metode Pembuatan Tablet : granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Baca juga : keuntungan dan kerugian tablet 

A. Granulasi basah (wet granulation)
granulasi basah adalah cara pembuatan TABLET dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab yang dapat digranulasi. metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif tahan lembab dan tahan panas dan sifat 

alirannya buruk.


Keuntungan granulasi basah :
- memperoleh aliran yang lebih baik
- meningkatkan kompresibilitas
- untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
- mengontrol pelepasan
- mencegah pemisahan komponen selama prose
- meningkatkan distribusi keseragaman kandungan
Kekurangan/kerugian granulasi basah :
- tahap pengerjaan lebih lama
- banyak tahapan validasi yang harus dilakukan
- biaya cukup tinggi
- zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini

B. Granulasi kering (slugging)
Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar, lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. metode ini boleh digunakan apabila :
zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)
zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Keuntungan granulasi kering :
- peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
- cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
- tahap pengerjaan tidak terlalu lama
- biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
- mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
- memerlukan mesin tablet khusus untuk slug
- tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam
- proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang

C. Kempa langsung (KL)
Kempa langsung adalh proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis  kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa, umumnya pengisi yang digunakan adalah avicel.
Keuntungan metode kempa langsung :
- lebih ekonomis
- lebih singkat prosesnya
- dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab
- waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat
Kerugian/kekurangan metode kempa langsung :
- kurang seragamnya  kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat aktif dan pengisi berbeda.
- zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung
- sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki kompresibilitas, kohesifitas dan adhesifitas yang baik. dsb

Sumber : Farmasetika Dasar